Ikan sidat bentuknya sekilas mirip dengan belut namun
sebenarnya Sidat ini berbeda dengan belut, sidat memiliki sirip dada, sirip
punggung, dan Sirip dubur yang sempurna, sehingga orang menduga sirip itu
adalah “daun bertelinga‟ sehingga dinamakan pula „belut bertelinga‟. Sidat
tumbuh besar di perairan tawar, setelah dewasa kembali ke laut untuk berpijah.
Dalam siklus hidupnya, setelah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang panjang
di perairan tawar, sidat dewasa yang lebih dikenal dengan yellow eel berkembang
menjadi silver eel (matang gonad) yang akan bermigrasi ke laut untuk memijah.
Setelah memijah, induk akan mati.
Indonesia paling sedikit memiliki enam jenis
ikan sidat yakni: Anguilla marmorata, Anguilla celebensis, Anguilla
ancentralis, Anguilla borneensis, Anguilla bicolor bicolor dan Anguilla bicolor
pacifica. Ikan sidat yang ditangkap dari alam khususnya Anguilla bicolor
termasuk ikan berlemak rendah dan sedang dengan kadar protein yang tinggi.
Ikan sidat, Anguilla spp merupakan salah
satu jenis ikan yang memiliki prospek karena sangat laku di pasar internasional
seperti: Jepang, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan beberapa negara lain;
dengan demikian ikan sidat ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor. Di
Indonesia, sidat banyak ditemukan di daerah-daerah yang berbatasan dengan laut
dalam seperti pantai selatan Pulau Jawa, pantai barat Sumatera, pantai timur
Kalimantan, pantai Sulawesi, pantai kepulauan Maluku dan Irian Barat. Berbeda
halnya di negara lain seperti (Jepang, dan negara negara Eropa), di Indonesia
sumberdaya sidat belum begitu banyak dimanfaatkan, padahal ikan liar ini baik
dalam ukuran benih maupun ukuran konsumsi jumlahnya cukup melimpah.
Tingkat
pemanfaatan sidat secara lokal (dalam negeri) masih sangat rendah, akibat belum
banyak dikenalnya ikan ini, sehingga kebanyakan penduduk Indonesia belum
familiar untuk mengkonsumsi sidat. Demikian pula pemanfaatan sidat untuk tujuan
ekspor masih sangat terbatas. Agar sumberdaya sidat yang keberadaannya cukup
melimpah ini dapat dimanfaatkan secara optimal, maka perlu dilakukan
langkah-langkah strategis yang diawali dengan mengenali daerah disekitar kita
yang memiliki potensi sumber daya sidat, mulai dari benih dan ukuran konsumsi
yang kemudian dilanjutkan dengan upaya pemanfaatannya baik untuk konsumsi lokal
maupun untuk tujuan ekspor.
No comments:
Post a Comment